Rabu, 06 November 2013

Explore Belitong part 1: Karang, Kuliner, Kaolin

Hujan rintik-rintik menyelimuti kota Tanjungpandan sore itu ketika pesawat Sriwijaya Air yang saya naiki menyentuh Pulau Belitung. Rio, anak dari pemilik Hotel Martani, langsung menyambut saya ketika saya keluar dari terminal kedatangan Bandara HAS Hananjoeddin. Rio pun kemudian mengantarkan saya menuju Hotel Martani yang telah saya pesan melalui teman saya yang asli orang Belitung. Sebelum sampai ke hotel, Rio mengajak saya menuju Pantai Tanjung Pendam untuk melihat sunset. Sayangnya hari itu sedang berawan sehingga matahari pun tidak bisa terlihat.

Kami pun segera menuju hotel yang terletak di Jalan Yos Sudarso Nomor 18 tersebut dan saya langsung cek in kamar Standard Single Room dengan Rate Rp165.000,00 per malam ditambah dengan biaya penjemputan dari Bandara sebesar Rp100.000,00. Karena suasana kota Tanjungpandan cukup sepi pada malam hari dan kendaraan umum pun hampir tidak ada, maka saya hanya berjalan kaki di sekitar hotel sambil mencari makan malam. Keesokan paginya, Surya, seorang teman asli Belitung yang saat ini tinggal di Jakarta sudah sampai di Belitung dan langsung menjemput saya di Hotel. Saya pun langsung cek out karena malam harinya saya menginap di tempat tinggal Surya. Petualangan kami pun dimulai. Menggunakan mobil Surya, kami segera menuju destinasi pertama, yaitu Pantai Tanjung Tinggi yang terletak 30 km di utara kota Tanjungpandan. Pantai ini sangat terkenal karena pernah dijadikan lokasi syuting film Laskar Pelangi pada tahun 2008. Ciri khas dari pantai ini adalah banyaknya batu granit raksasa yang tersebar di sepanjang pantai. Airnya yang jernih dan pasir putih yang lembut membuat kita ingin berlama-lama di pantai ini. Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya pun dapat terlihat dari pantai ini.

Penduduk setempat sedang memancing

Tanda yang menunjukkan bahwa pantai ini pernah menjadi lokasi syuting Laskar Pelangi

Pantai Tanjung Tinggi

Destinasi selanjutnya, sekitar 10 menit dari Pantai Tanjung Tinggi, yaitu Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini tidak kalah cantik dengan Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini merupakan pelabuhan bagi anda yang ingin melakukan tur island hopping yang sangat diminati oleh wisatawan. Di pantai ini juga pernah diadakan event internasional yaitu Sail Wakatobi - Belitong dimana ratusan yacht dari berbagai negara berkumpul disini. Yang menarik dari pantai ini yaitu tumpukan batu yang menyerupai kepala burung yang terletak sekitar 300 meter dari ujung pantai. Nama Tanjung Kelayang sendiri diambil dari nama salah satu jenis burung. Selain itu, di pantai ini juga terdapat penangkaran penyu.

Pantai Tanjung Kelayang

Tukik yang dikembangbiakkan di penangkaran

Tujuan kami selanjutnya adalah Bukit Berahu yang merupakan sebuah resort yang sangat cocok untuk melihat indahnya matahari terbenam. Untuk menuju resort ini kami melewati sebuah desa nelayan yang menurut informasi dari teman saya, sangat terkenal dengan ikan asinnya. Di resort Bukit Berahu sendiri terdapat sebuah restoran, cottage, dan kolam renang yang dikelilingi pepohonan dan menghadap langsung ke laut. Pada saat kami kesana, resort ini sepi karena memang hanya ramai pada saat menjelang matahari terbenam.

Kolam renang di Bukit Berahu

Pemandangan laut dilihat dari restoran

Matahari hampir berada di puncaknya, kami pun kembali menuju kota Tanjungpandan. Saat perjalanan menuju Tanjungpandan, langit pun menunjukkan pertanda akan segera turun hujan. Benar saja, sesampainya di Tanjungpandan hujan turun dengan derasnya. Kami pun singgah di Mie Belitung Atep yang terkenal sebagai pelopor mie Belitung. Warung makan ini terletak di jalan Sriwijaya nomor 27. Dilihat dari foto-foto yang terpampang di dinding, warung makan ini sering dikunjungi oleh artis dan tokoh penting lainnya. Kami agak lama menunggu sampai pesanan kami datang karena memang penyajiannya tetap menunggu datangnya tamu, sehingga mie yang disajikan selalu baru. Mie kuning dilengkapi udang, tauge, kentang, mentimun, dan emping melinjo ditambah dengan kuah kaldu udang sangat nikmat terasa apalagi dimakan sewaktu hujan. Sampai-sampai kami menghabiskan masing-masing dua porsi mie. Menurut saya, yang membuat rasa mie belitung ini juara adalah kuah udangnya yang sangat gurih karena terbuat dari udang asli ditambah dengan bumbu.

Mie belitung sedang disiapkan

Mie belitung

Hujan pun mulai reda setelah kami puas menikmati mie belitung. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Belitung Timur yang terkenal sebagai asal dari Laskar Pelangi. Sebelum itu kami mampir dulu di Kolong Murai ("kolong" berarti danau dalam bahasa Belitong). Kolong Murai atau disebut juga Danau Kaolin ini terletak di jalan Murai, 6 km dari pusat kota Tanjungpandan. Disebut danau kaolin karena danau ini terbentuk akibat penambangan tanah kaolin sedalam 2 sampai 10 meter. Air yang berwarna biru kehijauan disebabkan oleh hamparan tanah kaolin di dasar dan sekeliling danau.

Kolong Murai

(bersambung)

3 komentar:

  1. kapan yaaaa gue bisa ke pantai Tanjung Tinggi trus ke taman laskar pelangi..belitong. kapan aku bisa menjamahmu.....sila mampir

    BalasHapus
  2. akh!!!!! belitong....
    sampai hari ini gw belum kesampain untuk bisa menginjakan kaki sana..


    Salam,
    http://travellingaddict.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. Pantai Tanjung Tingginya keren!!! batu2 gedenya itu loh..

    BalasHapus