Selasa, 09 Oktober 2012

Sikuai, Malin Kundang, dan Siti Nurbaya

Siapa yang tak pernah mendengar Legenda Malin Kundang? Legenda tentang anak yang durhaka kepada ibunya ini sering menjadi dongeng bagi anak-anak sebelum tidur. Bagaimana dengan cerita Siti Nurbaya? Kisah cinta tragis ini juga sering diangkat menjadi sinetron di jaman sekarang. Kedua kisah tersebut semuanya berasal dari Sumatera Barat tepatnya di Kota Padang.

Kota Padang terkenal sebagai kota pantai yang ramah dan rumah dari masakan Padang yang terkenal. Padang bisa dicapai menggunakan pesawat dari Jakarta, atau bisa juga lewat jalur darat dari Bengkulu, Medan, Pekanbaru, dan lain-lain. Pada awal Juli lalu, saya bersama lima orang teman berkesempatan menyambangi kota ini. Kami berangkat dari Pekanbaru pukul 22.00 WIB menggunakan travel CV. Delta dengan tarif Rp550.000,00 per mobil. Sesampainya di Padang, pada pukul 05.00 WIB hari berikutnya, kami turun di dekat Pelabuhan Muara untuk selanjutnya memesan tiket menyeberang ke Pulau Sikuai. Pulau ini terletak sekitar setengah mil laut di selatan Kota Padang. Tiket baru bisa dibeli mulai pukul 08.00 WIB di AW Resto di Pelabuhan Muara. Sambil menunggu counter tiket dibuka, kami sarapan pagi di warung yang ada di sepanjang jalan Batang Arau sambil menikmati suasana pantai di waktu pagi.

Suasana pantai Pelabuhan Muara di pagi hari

Pukul 08.00 kami menuju AW Resto untuk membeli tiket ke Pulau Sikuai. Banyak paket yang ditawarkan, mulai dari paket honeymoon, outbond, diving, dan lain-lain. Paket yang kami pilih adalah paket one day tour dengan harga Rp250.000,00 per orang termasuk tiket PP Padang-Sikuai, asuransi, dan makan siang. Kapal yang mengangkut kami menuju Sikuai berangkat dari Dermaga Wisata Bahari di AW Resto pukul 10.00 WIB. Perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar 40 menit. Kapal yang kami naiki berkapasitas sekitar 20 orang. Sesaat pergi dari Batang Arau menimbulkan sensasi luar biasa. Warna laut yang keruh di tepi pantai mulai berubah menjadi jernih dan kemudian hijau ketika menjauh dari bibir pantai. Lama-kelamaan laut berubah menjadi biru, yang artinya laut dalam yang kami lewati. Tapi sayangnya pihak pengelola tidak menyediakan life jacket kepada kami selama di perjalanan.

Kapal yang mengangkut kami ke Sikuai

Laut berwarna hijau sewaktu mulai meninggalkan dermaga

Laut biru pertanda dalam, terlihat Pulau Sikuai di kejauhan

Sesampainya di Pulau Sikuai, kami langsung disambut dengan pemandangan pantai dengan pasir putihnya yang menyejukkan mata. Kami langsung menuju resepsionis untuk menitipkan barang bawaan kami dan bersiap-siap untuk menikmati keindahan pulau kecil di pesisir barat Pulau Sumatera.

Pantai sebelah timur Pulau Sikuai

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan selama di Sikuai, antara lain banana boat, canoeing, snorkeling, bersepeda sekeliling pulau, dan lain-lain. Kami mencoba snorkeling dengan biaya sewa peralatan Rp50.000 per jam. Pemandangan bawah air disana tidak terlalu menarik, karena terumbu karang disana hanya satu warna dan ikan-ikannya pun hanya sedikit. Kami juga bersepeda mengelilingi pulau. Cukup melelahkan tapi terbayar dengan pemandangan indah sekeliling pulau. Biaya sewa sepeda sebesar Rp50.000 satu kali putaran.

Snorkeling

Samudera Hindia dilihat dari Pulau Sikuai

Jogging Track di sekeliling Pulau Sikuai

Pantai barat Pulau Sikuai

Pukul 16.00 WIB kami diharuskan kembali lagi ke Pulau Sumatera. Perjalanan pulang dari Sikuai ke Padang sangat menegangkan karena kapal yang kami naiki diombang-ambingkan oleh ombak besar dan badai menghantam di sepanjang perjalanan. Syukurlah kami sampai di Kota Padang dengan selamat. Setelah itu kami menuju tempat singgah kami yaitu Hotel Bunda di Jalan Bundo Kanduang yang telah kami booking sebelumnya. Dari Pelabuhan Muara kami naik angkot berwarna merah dan turun di dekat Masjid Muhammadiyah kemudian jalan kaki sebentar ke hotel. Kami memesan kamar dengan rate Rp250.000 per kamar (corporate).

Malam harinya, kami makan malam di pinggiran pantai padang, warga setempat menyebutnya taplau (tapi lauik/tepi laut). Sepanjang pantai banyak sekali orang berjualan makanan, terutama makanan laut seperti ikan bakar, udang, kepiting, dan lain-lain. Dari hotel, kami minta diantarkan oleh pihak hotel ke tempat makan dan dijemput setelah selesai makan. Setelah makan malam, kami kembali lagi untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk hari kedua di Padang.

Hari berikutnya, kami mulai jalan dari hotel pukul 08.00 WIB. Tujuan pertama kami di hari kedua yaitu Pantai Air Manis yang terkenal dengan Legenda Malin Kundang-nya. Kami menyewa mobil kijang innova dengan tarif Rp200.000 untuk mengantarkan kami ke pantai air manis karena tidak ada angkutan umum untuk menuju kesana. Jalan menuju kesana pun naik turun dan berliku-liku karena pantai air manis terletak dibalik bukit dan jalan satu-satunya menuju pantai ini adalah dengan melintasi bukit tersebut. Sesampainya disana, kami langsung menuju ke batu Malin Kundang yang berbentuk seperti orang sedang bersujud. Pemandangan disana tidak terlalu bagus karena pantainya kurang terawat, banyak sampah, dan agak kotor. Disana juga ada bekas kapal Malin Kundang yang telah menjadi batu juga.

Sisa kapal Malin Kundang yang telah menjadi batu

Batu Malin Kundang

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan untuk membeli oleh-oleh di toko oleh-oleh milik Christine Hakim. Toko ini terletak di dekat Jembatan Siti Nurbaya. Kami juga sempat berfoto di Jembatan Siti Nurbaya. Jembatan ini menghubungkan daerah Muaro dengan Kampung Seberang. Jembatan ini terlihat lebih bagus di kala malam hari, karena lampu sepanjang jembatan yang menyala memberikan keunikan tersendiri. Sayangnya kami kesana sewaktu siang hari.

Jembatan Siti Nurbaya di malam hari. Foto diambil dari situs ini

Setelah itu kami menuju ke Pantai Padang (Taplau) untuk berfoto sebentar sebelum makan siang. Pantai ini cukup bagus untuk dijadikan spot foto. Pemandangan langit biru berpadu dengan laut seakan menyatu di cakrawala. Banyak juga jajanan yang dijual sepanjang jalan di pinggir pantai, seperti rujak, sate padang, es kelapa, dan lain-lain.

Pantai Padang

Destinasi berikutnya setelah makan siang yaitu Museum Adityawarman. Museum ini berbentuk seperti Rumah Gadang yang sangat besar. Kami tidak masuk ke museum tetapi hanya berfoto di pelatarannya saja. Di pelatarannya terdapat monumen pesawat dan beberapa patung.

Museum Adityawarman

Setelah itu, kami kembali lagi ke hotel pukul 13.00 WIB dan berangkat ke Pekanbaru pukul 14.00 WIB.

10 komentar:

  1. Itu batu Malin Kundangnya bikinan orang atau alami (menurut analisa agan)?:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya sih alami, tapi kalo yg bekas kapalny ga tau tuh..

      Hapus
  2. Masa sih... yg boneng lo ndi

    BalasHapus
  3. Yanuar :

    Estimasi biaya klo dari jkt selam 3 hari berapa bro disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. PP JKT-PDG: 1.200.000
      Hotel 2 malam: 500.000
      Transport dlm kota 3 hari: sekitar 500.000 klo nyewa mobil, klo naek umum skitar 100.000
      makan n oleh2 skitar 300.000
      klo mw ke sikuai jg tambah 250.000

      tuh msh rencana kasar ya.. bisa jg klo mw ke bukittinggi skalian

      Hapus
  4. mas minta no telp tempat rental mobilnya itu doongg.... trims

    BalasHapus
  5. mas berapa total biaya liburan kesikuai dari pekanbaru per orangnya mas???????

    BalasHapus