Kamis, 18 Juli 2013

The Island of Gods part 1: Ketika Budaya Bertemu Kehidupan Pantai

Mungkin kalau ditanya tempat wisata apa yang paling populer di Indonesia pikiran kita langsung tertuju pada pulau yang satu ini. Yup, Pulau Bali yang justru lebih terkenal dibandingkan negara Indonesia sendiri di mancanegara. Teringat dengan ucapan dosen saya yang berasal dari Bali sewaktu kuliah, "malu-maluin kalau orang Indonesia belum pernah ke Bali". Terdengar seperti sebuah tantangan bagi saya.

Karena ada kesempatan, awal Juli 2013 saya berangkat ke pulau ini dengan menggunakan pesawat Lion Air dari Pekanbaru. Berangkat pada pukul 08.30 WIB dan sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, pada pukul 17.35 WITA karena saya harus transit dahulu di Jakarta selama empat jam. Sesampainya di bandara saya langsung menuju ke Solaria karena perut sudah lapar. Setelah kenyang, saya menuju ke Kuta untuk mencari penginapan. Menurut informasi dari teman saya, penginapan murah banyak terdapat di Poppies Lane I dan II. Karena saat itu malam minggu, penginapan di sana rata-rata sudah penuh sehingga agak sulit untuk mendapatkan penginapan murah. Untuk transportasi, anda tidak usah khawatir karena selain taksi dan ojek, banyak sekali penyewaan mobil dan sepeda motor di bandara.

Setelah menelusuri Poppies Lane I, saya mendapatkan penginapan Secret Garden Inn dengan rate Rp350.000,00 per malam dengan fasilitas AC, televisi, air panas, sarapan, dan lain-lain. Saya langsung menaruh barang-barang di kamar dan segera meluncur untuk melihat dunia malam di Bali. Beruntung saya memiliki teman yang tinggal di Bali, sehingga bisa menjadi tour guide gratis. Sebelum istirahat malam, saya dan teman saya berkeliling menggunakan sepeda motor menikmati suasana Kuta dan Legian di malam hari. Kami sempat mampir berfoto di Monumen Bom Bali atau Ground Zero di Legian yang pada tahun 2002 merupakan lokasi peledakan bom yang menelan 202 korban jiwa.

Berfoto di Monumen Bom Bali

Keeseokan harinya, pukul 08.00 kami sudah bersiap meluncur mengeksplorasi destinasi wisata yang ada di Pulau Bali. Meskipun sarapan pagi termasuk dalam fasilitas hotel, berhubung sudah sampai di Bali, tentu saja saya ingin mencicipi kuliner khas pulau ini karena masakan hotel pasti itu-itu saja. Tujuan pertama kami adalah Nasi Pedas Ibu Andika yang terletak di Jalan Raya Kuta, tepat di depan Joger. Tempat makan ini merupakan salah satu tempat makan di Bali yang pemiliknya adalah orang muslim. Meskipun namanya nasi pedas, tetapi nasinya tetap nasi putih biasa. Disebut nasi pedas karena sebagian besar lauknya pedas. Saya memesan nasi dengan lauk kulit ayam dan udang goreng cukup dengan harga Rp13.000,00 saja.

Nasi Pedas Ibu Andika

Menu sarapan

Selesai sarapan saya pun langsung memacu sepeda motor ke destinasi pertama, Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang terletak di tanjung Nusa Dua. Perjalanan ditempuh dari Kuta dalam waktu sekitar 30 menit dan kondisi jalan yang menanjak dan berliku-liku. Untuk masuk ke taman ini, anda diharuskan membayar biaya masuk sebesar Rp40.000,00 per orang dan biaya parkir sepeda motor sebesar Rp5.000,00. Di taman ini rencananya akan didirikan patung raksasa Dewa Wisnu yang sedang menaiki tunggangannya, Garuda. Patung yang direncanakan berdiri setinggi 75 meter ini akan menjadi landmark Bali. Sampai pada waktu saya ke sana, bagian yang sudah selesai dari patung tersebut adalah badan Dewa Wisnu, bagian kepala Garuda, dan tangan Dewa Wisnu yang masih terpisah dengan badannya. Disana juga terdapat miniatur patung Garuda Wisnu Kencana apabila sudah jadi. Jika melihat miniaturnya dan dibandingkan dengan keadaan patungnya sekarang, mungkin kita masih harus menunggu agak lama sampai patung tersebut benar-benar jadi. Selain patung Dewa Wisnu dan Garuda, terdapat beberapa bagian lain di GWK yang cukup menarik antara lain Lotus Pond yang mungkin merupakan area outdoor terbesar di Bali. Kemudian Amphiteatre sebagai tempat pertunjukan kesenian yang dirancang dengan baik. Selain itu, terdapat juga Indraloka Garden, Tirta Agung, dan lain-lain.

Bagian kepala Garuda

Patung Dewa Wisnu

Miniatur patung yang telah selesai

Dari GWK, kami melanjutkan petualangan menuju Pura Luhur Uluwatu yang terletak di ujung barat daya pulau Bali. Perjalanan ditempuh sekitar 15 menit dari GWK. Biaya retribusi sebesar Rp15.000,00 dibayarkan di pintu masuk. Anda juga diwajibkan untuk memakai selendang dan sarung untuk masuk ke kawasan pura. Hati-hati dengan kera nakal yang banyak ditemui di jalan masuk menuju pura. Kera-kera ini sering mencuri barang bawaan anda termasuk kacamata, topi, dan lain-lain. Berdiri di sebuah tebing dengan ketinggian 97 meter dari permukaan laut membuat pura ini terlihat spektakuler, terlebih pada saat matahari terbenam.

Kera yang banyak ditemui di jalan masuk

Selendang dan sarung wajib dikenakan

Penduduk setempat yang akan sembahyang di Pura

Tebing setinggi 97 meter tempat pura berdiri

Badan mulai lelah, kami pun beristirahat sejenak sambil minum es kelapa di salah satu warung di area Uluwatu. Kemudian kami melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Pantai Padang-Padang yang terletak satu jalur dengan Uluwatu. Pantai ini unik karena cukup tersembunyi dan dikelilingi oleh tebing batu yang kokoh. Untuk mencapainya kita harus melewati celah diantara batu yang hanya muat untuk satu orang. Pantai ini menjadi semakin ngetop ketika menjadi lokasi syuting film Eat, Pray, Love yang dibintangi oleh Julia Roberts.

Celah pada batu untuk menuju ke pantai

Para bule sedang berjemur di pantai

Pemandangan Pantai Padang-Padang

Masih satu jalur dengan Pantai Padang-Padang, terdapat pantai lain yang tak kalah indahnya. Pantai Dreamland yang masih termasuk dalam kawasan Bali Pecatu Graha. Pantai ini juga mendapat sebutan New Kuta karena mirip dengan pantai Kuta, tetapi dengan tambahan batu karang yang menambah keindahannya. Dari Pantai Padang-Padang, jalan menuju pantai ini cukup memacu adrenalin. Jalan yang berkelok-kelok dan naik turun tetapi ditemani pemandangan indah di kanan kiri jalan. Terletak sekitar 2 km dari pintu gerbang Bali Pecatu Graha dan harus menuruni anak tangga dari tempat parkir untuk mencapai pantai. Menurut saya, pantai ini jauh lebih indah dari pantai Kuta. Selain karena hiasan batu karang di sisinya, juga karena pantai ini masih sepi pengunjung sehingga sangat nyaman untuk menikmati keindahan alam.

Pemandangan Pantai Dreamland dengan batu karang di sisinya

Penyewaan payung

Setelah mengunjungi Pantai Dreamland, kami menuju pantai lain yang lebih jarang dikunjungi, yaitu Pantai Balangan. Berjarak sekitar 20 menit dari Pantai Dreamland. Untuk menuju pantai ini juga harus menuruni tangga. Pasir berwarna putih kecoklatan dengan tebing di kedua sisi pantai membuat betah berlama-lama di pantai ini. Ombak di pantai ini juga cukup besar untuk berselancar. Kita juga dapat melihat pesawat yang akan mendarat dan lepas landas dari pantai ini.

Tangga menuju pantai

Pantai Balangan

Dari kejauhan, terlihat pesawat yang akan mendarat

Tujuan kami selanjutnya yaitu Pantai Pandawa yang juga merupakan secret beach karena letaknya tersembunyi di balik perbukitan. Yang membuat pantai ini lain dari biasanya adalah untuk menuju ke pantai ini kita melewati jalan yang membelah bukit. Dinding bukit diberi beberapa ruang yang masing-masing ditempati patung Pandawa Lima. Pantainya sendiri memiliki garis pantai yang sangat panjang bila dibandingkan dengan pantai yang saya kunjungi sebelumnya. Terdapat dua bagian pantai, bagian sebelah kiri cocok untuk anda yang ingin sekedar bersantai dan berjemur. Sedangkan bagian kanan untuk anda yang hobi olahraga air seperti kano dan lain-lain.

Salah satu patung Pandawa Lima

Pantai sebelah kiri

Pemandangan pantai dari atas bukit

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WITA. Saatnya menuju destinasi terakhir di hari ini yang letaknya agak jauh. Sebelum itu, tentu saja perut harus diisi dahulu. Kami mampir di tempat makan yang menjual nasi tempong di pinggir jalan. Perjalanan kami lanjutkan kembali setelah perut kenyang. Tujuan kami yaitu melihat matahari terbenam di Tanah Lot yang ditempuh sekitar 45 menit dari kawasan Kuta. Kami sampai disana sekitar pukul 17.00 WITA. Sayangnya cuaca kurang mendukung untuk melihat sunset karena langit pada saat itu sedang berawan. Di kawasan ini terdapat dua buah pura, satu terletak di atas bongkahan batu besar di laut, dan satu lagi di atas tebing yang menjorok ke laut. Kami pun sempat melihat pertunjukan tari kecak yang diselenggarakan di kawasan ini mulai pukul 19.00 WITA sampai selesai. Biaya untuk melihat tari kecak yaitu Rp50.000,00 per orang. Setelah tarian selesai, pengunjung dipersilakan untuk berfoto bersama para penari.

Pura di atas tebing yang menjorok ke laut

Pura di atas batu

Pertunjukan tari kecak

Berfoto bersama para penari

Karena hari sudah malam, kami pun kembali ke tempat masing-masing untuk beristirahat. Sebelum ke hotel, kami sempat makan malam di restoran Segara Bambu di Denpasar. Restoran ini memiliki suasana yang nyaman dengan kolam di tengahnya. Harga makanannya pun relatif terjangkau.
(bersambung)

5 komentar: