Minggu, 04 Mei 2014

Mekong to Chao Phraya part 8: Floating Village at Tonle Sap Lake

Pagi buta sebelum subuh, kami sudah bersiap-siap menuju Angkor Wat sekali lagi. Kali ini untuk memburu sunrise di sana yang katanya sangat indah dan terkenal. Jam 4 pagi Pak kumis sudah stand by di depan hotel. Ternyata banyak juga tamu hotel yang berencana melihat matahari terbit pagi itu. Tanpa menunggu lagi, kami pun segera beranjak menuju Angkor. Sesampainya disana, kami segera mencari tempat untuk sholat subuh. Karena tidak ada musholla apalagi masjid, kami pun sholat di depan pintu gerbang Angkor Wat. Setelah sholat kami segera masuk ke Angkor Wat untuk mencari tempat yang cocok menyaksikan matahari terbit. Sayangnya spot yang sesuai sudah dipadati pengunjung, sehingga kami mencari tempat di sela-sela kerumunan pengunjung.

Keramaian para pengunjung menunggu matahari terbit

Lama menunggu, matahari yang ditunggu belum muncul juga. Karena memang awan cukup tebal menutupi cakrawala pada saat itu. Meskipun sedikit kecewa, kami kembali lagi ke hotel dengan perasaan puas karena sudah merasakan pagi-pagi buta di Angkor Wat. Setelah mandi pagi dan sarapan, sekitar pukul 9 pagi kami bersiap untuk beranjak lagi menuju ke Danau Tonle Sap yang merupakan danau terluas di Asia Tenggara.

Angkor Wat di pagi hari

Dengan luas sekitar 2.700 km persegi, danau ini lebih besar dari dua kali lipat Danau Toba. Tetapi pada musim hujan, luas danau ini meningkat hampir enam kali lipat menjadi 16.000 km persegi. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, kami sampai di boat station di tepi sungai Tonle Sap. Kami membeli tiket untuk tur ke desa terapung di atas danau. Bun Thuy, guide kami di tur tersebut, menjelaskan kepada kami mengenai Danau Tonle Sap dan juga desa terapung di danau tersebut. Konon rumah-rumah di desa tersebut dapat berpindah-pindah menyesuaikan dengan musimnya. Pada saat Bun Thuy sedang memberikan penjelasan, datanglah seorang ibu dan seorang anak mendekati perahu yang kami naiki. Sambil menunjukkan ular yang dia pegang, ibu tersebut berbicara bahasa yang tidak saya mengerti. Bun Thuy menjelaskan kalau ibu tersebut meminta uang kepada para turis dan kami sebaiknya tidak menghiraukannya. Tak lama kemudian ibu tersebut menjauhi perahu yang kami naiki.

Boat Station

Bun Thuy sedang menjelaskan mengenai desa terapung

Warga setempat mendekati perahu yang kami naiki

Rumah-rumah di desa terapung

Tur terdiri dari tiga kegiatan utama. Yang pertama mengunjungi sekolah anak-anak pengungsi dari Vietnam. Kedua, menengok bird sanctuary menaiki perahu yang lebih kecil seperti di Mekong Delta. Dan ketiga, mengunjungi penangkaran buaya. Sebelum menuju sekolah anak-anak pengungsi, kami dianjurkan membeli bahan makanan untuk disumbangkan ke sekolah tersebut. Karena memang sekolah tersebut mendapat makanan hanya dari sumbangan para turis yang mengunjunginya. Saya dan teman saya patungan membeli sekarung beras seberat 25 kg yang harganya dua kali lipat dari harga normal. Harga tersebut sangat tinggi karena memang untuk membantu warga desa tersebut yang hidupnya memang memprihatinkan. Setelah membeli beras, kami menuju ke sekolah yang dimaksud. Kami tidak dianjurkan untuk langsung memberi uang karena bisa disalahgunakan oleh pengurus sekolah. Sesampainya di sekolah, kami langsung menyerahkan beras tersebut kemudian berfoto bersama anak-anak pengungsi. Sekolah tersebut menggunakan dua bahasa dalam kesehariannya, yaitu bahasa Vietnam dan bahasa Khmer.

Danau Tonle Sap

Dapur sekolah

Ruang kelas

Berfoto bersama anak-anak pengungsi

Kegiatan kedua yaitu mengunjungi bird sanctuary tidak kami lakukan karena kami ingin mengejar waktu sholat Jum'at. Dari sekolah, kami langsung menuju ke penangkaran buaya. Di sana pengunjung bisa memberi makan buaya dan juga bisa membeli oleh-oleh kerajinan tangan. Tanpa berlama-lama di penangkaran buaya, kami segera kembali ke boat station kemudian menuju masjid di tepi sungai Tonle Sap untuk melaksanakan Sholat Jum'at.

Buaya di penangkaran

Kulit buaya dan peralatan untuk menangkap buaya

Masjid di Tonle Sap

Setelah sholat Jum'at, kami kembali lagi ke kota Siem Reap untuk berbelanja oleh-oleh di Phsar Chas kemudian kembali ke hotel.
(bersambung)

2 komentar:

  1. wah keren nih blognya nyeritain perjalanannya cukup detail dan informatif.. lg blog walking dari blog directory celoteh backpacker di fb hehe.

    salam kenal
    www.shu-travelographer.com

    BalasHapus