Meskipun Bangkok saat itu sedang dihantui oleh krisis dan demonstrasi massa, tetapi tidak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi tempat-tempat menarik disana. Seusai sarapan, kami naik taksi menuju komplek tempat tinggal Raja Thailand yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara,
Grand Palace. Supir taksi sempat memperingatkan kami di tengah perjalanan. "Beware of mob", katanya. Sesampainya disana, barisan tentara dan kawat berduri sudah menanti. Sepertinya untuk antisipasi kalau-kalau ada demonstrasi massa lagi. Kami kemudian berjalan menuju pintu gerbang masuk ke komplek Grand Palace bersama rombongan turis lainnya.
Meskipun masih pagi, sudah banyak turis yang mengantri di loket penjualan tiket masuk ke Grand Palace. Harga tiket masuk yaitu 500 baht, sudah termasuk tiket ke Vinmanmek Mansion. Grand Palace merupakan komplek kediaman Raja Thailand yang sangat luas dan juga menjadi salah satu tujuan utama turis yang berkunjung ke Bangkok. Komplek istana seluas 218.400 meter persegi ini mulai dibangun pada tahun 1782 melalui perintah Raja Rama I. Bangunan di komplek istana yang selalu ramai oleh pengunjung yaitu Wat Phra Kaew atau Kuil Buddha Zamrud. Turis diperbolehkan memasuki bangunan kuil tetapi tidak diperkenankan mengambil gambar di dalamnya. Sesuai namanya, di dalam kuil terdapat patung Buddha yang terbuat dari Zamrud. Meskipun ukurannya relatif kecil, patung Buddha tersebut merupakan patung Buddha terpenting dan tersuci di Thailand.
|
Para turis yang akan mengunjungi Grand Palace |
|
Stupa di Grand Palace |
|
Patung-patung di dinding Wat Phra Kaew |
|
Wat Phra Kaew |
Capek berkeliling Grand Palace, kami menuju kuil selanjutnya, yaitu
Wat Pho yang di dalamnya terdapat patung Reclining Buddha terbesar di dunia. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Grand Palace. Dapat dicapai dengan menggunakan taksi, tuk-tuk, atau bahkan jalan kaki. Siapkan uang 100 baht untuk tiket masuk plus sebotol air mineral. Alas kaki wajib dilepas ketika memasuki kuil. Pengunjung disediakan kantung khusus yang harus dikembalikan di pintu keluar untuk membawa alas kakinya.
|
Patung Reclining Buddha |
|
Kantung tempat alas kaki |
Kuil terakhir yang kami kunjungi hari ini yaitu
Wat Arun yang terletak di seberang sungai Chao Phraya. Dari Wat Pho, sebenarnya Wat Arun dapat ditempuh hanya dengan menggunakan feri penyeberangan sungai dengan biaya 3 baht. Tetapi kami malah menggunakan tuktuk dengan ongkos 300 baht karena memang jaraknya agak jauh bila ditempuh menggunakan kendaraan darat. Wat Arun, yang berarti Kuil Fajar atau Temple of Dawn, merupakan kuil berbentuk menara dengan dinding yang dipenuhi oleh porselen. Pengunjung dapat menaiki kuil ini dan melihat pemandangan kota Bangkok.
|
Wat Arun dilihat dari pintu masuk |
|
Salah satu menara Wat Arun |
|
Pemandangan sungai Chao Phraya dari atas Wat Arun |
|
Suasana feri penyeberangan Wat Arun - Wat Pho |
Selanjutnya, kami menyeberangi sungai kembali ke Wat Pho kemudian naik taksi menuju Petchaburi Soi 7 dimana terdapat Masjid Darul Aman dan Restoran Halal yang menjual masakan khas Thailand. Setelah sholat dan makan siang, kami menuju ke
Chatuchak Weekend Market. Karena teman saya akan pulang lebih dulu hari ini, maka agenda kami selanjutnya yaitu mencari oleh-oleh khas Thailand disini. Chatuchak (Jatujak atau biasa disebut J.J.) merupakan pasar akhir pekan terluas di dunia. Saking luasnya, banyak orang yang tersesat di pasar ini. Barang yang dijual disini pun bermacam-macam. Mulai dari pakaian, makanan, sampai binatang peliharaan pun tersedia disini. Terdapat juga rumah makan halal di tengah-tengah komplek pertokoan.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar