Setelah ditinggal teman saya yang lebih dahulu kembali ke Indonesia, saya pun melanjutkan petualangan saya di Bangkok sendirian. Kalau hari sebelumnya saya menginap di Hotel yang agak mewah, hari berikutnya saya menginap di hotel kecil di
Khao San Road yang memang terkenal sebagai pusatnya
backpacker. Di malam hari, Khao San Road sangat hidup. Penjual pakaian dan makanan sampai tumpah ruah memenuhi ruas jalan. Terdapat juga pijat refleksi yang pengunjungnya sampai memenuhi teras bahkan sampai ada yang refleksi di pinggir jalan. Tetapi keadaan itu sangat berbeda pada waktu pagi. Keramaian itu seakan hilang entah kemana.
Sekitar pukul 10.00 waktu setempat, saya mengawali petualangan saya. Setelah sarapan di hotel, saya berjalan kaki ke arah timur. Menyeberangi Ratchadamnoen Klang Rd. yang salah satu ruasnya ditutup karena ada acara kemudian berbelok ke arah Giant Swing.
Giant Swing atau ayunan raksasa, atau warga setempat menyebutnya Sao Chingcha, merupakan salah satu ikon kota Bangkok yang terletak di depan kuil Wat Suthat. Ayunan ini sebelumnya merupakan salah satu tempat upacara keagamaan. Tetapi setelah sempat rusak oleh petir, ayunan ini tidak dipergunakan lagi sampai ayunan tersebut diperbaiki. Sekarang, ayunan ini menjadi salah satu tujuan bagi wisatawan.
|
Khao San Road di sore hari |
|
Giant Swing |
Lanjut berjalan kaki, saya kemudian sampai ke depan kuil
Wat Ratchanaddaram. Kuil ini terkenal karena bentuknya yang unik. Berbentuk seperti gedung bertingkat yang memiliki 37 buah puncak atap runcing yang terbuat dari logam. Sayangnya pada saat saya kesana, kuil tersebut sedang di renovasi sehingga tidak terlihat atapnya. Saya kemudian melanjutkan perjalanan sampai ke samping pintu masuk
Wat Saket (Golden Mount) yang saat itu sedang tutup. Selanjutnya saya naik taksi ke MBK Center.
|
Wat Ratchanaddaram dengan atap yang tertutup |
Tak jauh dari MBK Center, terdapat sebuah rumah antik yang saat ini menjadi sebuah museum. Rumah ini dahulu merupakan milik dari seorang pebisnis asal Amerika Serikat yang merevitalisasi sutra Thailand yang bernama Jim Thompson.
Jim Thompson's House saat ini menjadi sebuah museum yang merupakan salah satu destinasi wisata paling populer di Bangkok. Dengan harga tiket masuk 100 baht, saya mendapatkan tur keliling museum berkelompok bersama beberapa pengunjung lain dengan
tour guide berbahasa Inggris. Ada beberapa pilihan bahasa tur, antara lain Inggris, China, Jepang, Thailand, dan lain-lain. Selama tur, para pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar ketika berada di dalam museum.
|
Jim Thompson's House |
|
Para pengunjung museum sedang menunggu tur dimulai |
Dari Jim Thompson's House, saya kemudian naik Bangkok SkyTrain (BTS) dari stasiun National Stadium. BTS merupakan moda transportasi massal Bangkok yang kurang lebih mirip seperti MRT di
Singapura. Terdapat dua line BTS yaitu Silom Line dan Sukhumvit Line. Saya turun di stasiun BTS Siam kemudian berganti ke Sukhumvit Line di stasiun tersebut dan melanjutkan perjalanan sampai ke stasiun BTS Nana. Di dekat stasiun ini terdapat sebuah restoran India yang menyediakan makanan halal. Karena sudah melewati waktu makan siang maka saya mampir dahulu ke restoran tersebut.
|
Kartu pass Bangkok SkyTrain |
|
Bangkok SkyTrain |
Setelah makan siang, saya menyempatkan diri jalan-jalan sebentar di daerah Nana. Di trotoar, banyak sekali penjual keping DVD porno dan
sextoys. Memang daerah Nana terkenal sebagai salah satu
red-light district di Bangkok. Tanpa berlama-lama di Nana, saya melanjutkan perjalanan lagi menggunakan BTS kemudian turun di stasiun Asok yang tersambung dengan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok,
Terminal 21. Pusat perbelanjaan ini cukup unik karena menyajikan tema berbeda di tiap lantainya. Lantai 1 bertemakan Tokyo, Lantai 2 bertemakan London, Lantai 3 bertemakan Istanbul, sampai lantai paling atas yaitu lantai 6 bertemakan Hollywood. Lantai 6 merupakan pusat hiburan karena di sana terdapat bioskop,
arcade, dan rental PlayStation. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di lantai ini karena memang tidak berniat untuk belanja.
|
Pilar bertemakan Whirling Dervish di lantai 3 |
|
Rental PlayStation di lantai 6 |
|
Jembatan Golden Gate di lantai 4 |
Menjelang malam, saya kembali lagi ke Khao San Road. Sebelum ke hotel saya membeli kebab ayam untuk makan malam.
|
Khao San Road di malam hari |
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar