Kamis, 03 April 2014

Mekong to Chao Phraya part 6: Kerajaan & Republik

Pukul delapan pagi, kami cek out dari hotel setelah sarapan. Tetapi kami masih menitipkan barang bawaan kami di hotel karena kami masih akan bertualang mengunjungi beberapa tempat menarik di Phnom Penh. Thi pun sudah menunggu di depan hotel. Kami pun segera naik ke tuk-tuk dan langsung tancap gas. Tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Royal Palace yang kami lewatkan pada hari sebelumnya. Karena kami datang kesana terlalu pagi, pintu masuk pun belum dibuka. Kami menunggu pintu dibuka sambil berfoto di depan istana.

Moonlight Pavilion dilihat dari pinggir jalan

Berfoto bersama Royal Guard

Sekitar pukul 08.30, pintu masuk dibuka. Kami segera membeli tiket kemudian masuk ke komplek istana. Ternyata komplek istana sudah ramai oleh para siswa yang sedang study tour. Terdapat beberapa bagian di komplek istana. Selain Moonlight Pavilion yang terletak di pinggir jalan, bangunan utama yang paling menarik minat pengunjung tentu saja Throne Hall atau bangunan tempat singgasana raja. Tetapi pengunjung tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam, tetapi hanya berfoto di pelatarannya saja. Salah satu daya tarik lain dari komplek istana yang menarik minat turis adalah Silver Pagoda atau dalam bahasa Khmer disebut Wat Preah Keo. Terletak di sebelah selatan komplek istana, pagoda ini merupakan tempat ibadah resmi Raja Kamboja.

Throne Hall

Silver Pagoda

Kami beristirahat sejenak di dekat miniatur Angkor Wat sambil menikmati es krim setelah berkeliling komplek istana dan Silver Pagoda. Kemudian kami menuju keluar komplek istana melewati koridor yang dipenuhi oleh foto-foto Raja Kamboja saat ini, Norodom Sihamoni, dan Raja Kamboja sebelumnya, Norodom Sihanouk.

Miniatur Angkor Wat

Foto Raja Norodom Sihanouk bersama Presiden Sukarno

Thi telah menunggu kami di pintu keluar. Kami pun segera menuju ke tujuan selanjutnya yaitu Choeung Ek Genocidal Center, terletak sekitar 17 km di selatan Phnom Penh. Choeung Ek merupakan salah satu ladang pembantaian terbesar dan merupakan kuburan masal bagi korban kekejaman rezim Khmer Merah. Khmer Merah (Khmer Rouge) yang dipimpin oleh Pol Pot mengkudeta Raja Kamboja dan mendirikan Republik Demokrasi Kampuchea atau Khmer Republic. Pada saat rezim Pol Pot berkuasa, banyak warga Kamboja yang dicurigai mempunyai hubungan dengan pemerintah terdahulu atau pemerintah asing dipenjara kemudian dieksekusi. Di pintu masuk Choeung Ek, setelah membeli tiket masuk kami diberikan fasilitas audio tour berupa peta, alat pemutar audio, dan headphones. Terdapat beberapa bahasa yang digunakan dalam audio tour tetapi sayangnya bahasa Indonesia tidak termasuk.

Peta audio tour di Choeung Ek

Stupa perdamaian

Beristirahat sambil mendengarkan audio tour

Kami menuju spot yang ditunjukkan di peta kemudian memutar audio penjelasan tempat tersebut sesuai dengan nomor yang ditunjukkan di peta. Miris juga saya mendengar penjelasan mengenai kekejaman Khmer Merah yang membantai sesama warga Kamboja. Dijelaskan juga cara mereka mengeksekusi dan juga kesaksian dari korban yang selamat dari pembantaian. Bahkan para bayi yang tidak mengerti apa-apa pun tidak luput dari kekejaman mereka. Di akhir tur, kami menuju ke sebuah stupa yang didalamnya berisi kumpulan tengkorak para korban pembantaian. Stupa itu diberi nama stupa perdamaian dan kental dengan simbol agama Buddha dan Hindu.

Tumpukan tengkorak di dalam stupa

Tengah hari kami kembali lagi ke Phnom Penh kemudian makan siang di sebuah restoran Malaysia di dekat New York Hotel. Selanjutnya kami kembali ke Pacific Hotel untuk mengambil barang bawaan kami dan segera menuju ke kantor Mekong Express untuk menunggu bus yang akan membawa kami ke Siem Reap.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar